acabangalore – Menjadi orang tua adalah tanggung jawab besar yang tidak datang dengan buku panduan yang pasti. Namun, dengan pemahaman yang tepat, strategi pengasuhan yang baik, dan komunikasi yang sehat, setiap keluarga bisa menciptakan rumah yang harmonis dan membesarkan anak yang bahagia dan percaya diri dan parenting.
Artikel ini disusun oleh tim yang berpengalaman dalam konseling keluarga, pendidikan anak usia dini, dan kesehatan mental keluarga. Tujuan kami adalah memberikan panduan terpercaya yang mengutamakan kesejahteraan Anda dan anak-anak Anda.
Dasar-dasar Parenting Modern
Dalam dunia parenting modern, gaya pengasuhan otoritatif menonjol sebagai pendekatan yang paling seimbang. Tidak terlalu keras seperti otoriter, dan tidak terlalu longgar seperti permisif. Banyak psikolog perkembangan anak menyebutnya sebagai gaya parenting ideal, terutama dalam membentuk anak yang mandiri, empatik, dan memiliki kontrol diri.
Parenting adalah seni dan ilmu dalam membimbing anak sejak dini hingga dewasa. Saat ini, para ahli psikologi perkembangan anak mengenal beberapa gaya pengasuhan:
Apa Itu Gaya Parenting Otoritatif? Panduan Lengkap untuk Orang Tua Modern
Dalam dunia parenting modern, gaya pengasuhan otoritatif menonjol sebagai pendekatan yang paling seimbang. Tidak terlalu keras seperti otoriter, dan tidak terlalu longgar seperti permisif. Banyak psikolog perkembangan anak menyebutnya sebagai gaya parenting ideal, terutama dalam membentuk anak yang mandiri, empatik, dan memiliki kontrol diri.
Apa Itu Gaya Parenting Otoritatif?
Gaya pengasuhan otoritatif adalah pendekatan yang menyeimbangkan antara kasih sayang dan batasan. Orang tua yang otoritatif memberikan dukungan emosional, namun tetap konsisten dalam menetapkan aturan yang jelas.
Ciri-ciri Parenting Otoritatif:
- Komunikasi dua arah (anak boleh bertanya dan berpendapat)
- Orang tua menetapkan aturan, namun fleksibel sesuai konteks
- Adanya konsekuensi, bukan hukuman
- Anak didorong untuk mandiri, tapi tetap dibimbing
- Orang tua menjadi contoh dalam mengatur emosi
Perbedaan dengan Gaya Parenting Lain
Aspek | Otoriter | Permisif | Otoritatif (Ideal) |
Aturan | Kaku dan ketat | Hampir tidak ada | Jelas dan fleksibel |
Respons emosional | Minim empati | Sangat hangat | Hangat dan responsif |
Komunikasi | Satu arah | Bebas | Dua arah |
Disiplin | Hukuman | Tidak konsisten | Konsekuensi logis |
Tujuan utama | Kepatuhan | Kebahagiaan anak | Keseimbangan & kemandirian |
Manfaat Gaya Parenting Otoritatif
Menurut riset dari American Psychological Association, anak-anak yang dibesarkan dengan gaya otoritatif cenderung memiliki:
- Rasa percaya diri tinggi
- Kemampuan sosial yang baik
- Kedisiplinan yang stabil
- Kemampuan mengambil keputusan sendiri
- Hubungan yang sehat dengan orang tua
Contoh Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
- Membuat Aturan Bersama
“Jam tidur malam pukul 9. Kamu boleh main sampai jam 8, lalu bersiap-siap tidur.”
Anak merasa dilibatkan dan belajar tentang tanggung jawab.
- Memberikan Konsekuensi Logis
Jika anak tidak membereskan mainan → mainannya disimpan satu hari sebagai bentuk konsekuensi, bukan hukuman.
- Validasi Emosi Anak
“Mama tahu kamu sedih karena tidak boleh jajan. Tapi kita sudah sepakat hanya jajan di akhir pekan.”
Tips Menjadi Orang Tua Otoritatif
- Jadilah pendengar aktif: Dengarkan anak tanpa langsung menghakimi.
- Tunjukkan empati: Pahami perasaan anak, bukan hanya perilakunya.
- Konsisten dalam aturan: Jangan berubah-ubah tergantung mood.
- Libatkan anak dalam pengambilan keputusan: Bantu mereka belajar bertanggung jawab.
- Evaluasi diri sebagai orang tua: Tanyakan, “Apakah saya menjadi contoh yang baik hari ini?”
Tips Mengasuh Anak Sesuai Usia
Usia 0–5 tahun adalah masa keemasan (golden age) bagi perkembangan anak. Di fase inilah otak anak berkembang paling pesat, dan fondasi kepribadian mulai terbentuk. Oleh karena itu, pola asuh yang tepat di usia ini sangat krusial bagi masa depan anak.
Dalam artikel ini, Anda akan menemukan tips mengasuh anak balita berdasarkan rekomendasi psikolog anak dan ahli tumbuh kembang, dengan pendekatan penuh empati namun tetap terstruktur.
Kebutuhan anak berubah seiring pertumbuhan mereka. Berikut panduan umum dari konsultan tumbuh kembang:
Pentingnya Rutinitas untuk Balita
Balita membutuhkan struktur harian untuk merasa aman dan nyaman. Rutinitas yang konsisten membantu mereka memahami dunia di sekitar dan mengembangkan kontrol diri.
Tips Membangun Rutinitas:
- Buat jadwal tetap untuk makan, tidur, dan bermain
- Gunakan lagu atau isyarat untuk transisi kegiatan (misal: lagu tidur)
- Hindari perubahan jadwal mendadak
Idealnya, anak usia 1–5 tahun tidur 10–13 jam per hari.
Stimulasi Motorik dan Sensorik yang Sesuai Usia
Perkembangan motorik kasar (berjalan, berlari) dan halus (menggambar, memegang benda kecil) perlu dirangsang secara konsisten.
Aktivitas yang Disarankan:
- Bermain balok, puzzle, atau mencoret-coret kertas
- Aktivitas fisik ringan seperti lari-lari di halaman
- Permainan sensorik: bermain pasir, air, atau benda tekstur berbeda
Tips Profesional: Batasi screen time maksimal 1 jam per hari untuk anak usia 2–5 tahun (rekomendasi WHO).
Cara Efektif Menanggapi Tantrum
Tantrum adalah hal wajar dalam fase balita karena anak belum bisa mengekspresikan emosi dengan kata-kata.
Langkah Merespons Tantrum:
- Tenang & Validasi Emosi Anak
“Mama tahu kamu kesal karena mainannya rusak. Itu menyebalkan, ya?”
- Gunakan Teknik Redirection
Arahkan anak ke aktivitas positif lain, tanpa membentak.
- Konsistensi Tanpa Kekerasan
Hindari menyuap atau mengancam. Ajarkan cara menenangkan diri secara bertahap.
Komunikasi yang Membangun Bonding
Meskipun anak belum fasih bicara, mereka memahami lebih dari yang kita kira.
Tips Komunikasi:
- Gunakan kalimat pendek tapi jelas
- Ajak anak bicara saat makan, mandi, dan bermain
- Gunakan kontak mata dan ekspresi wajah yang ramah
“Bahasa cinta” yang dibangun sejak dini akan memperkuat rasa percaya anak kepada orang tua.
Kesalahan Umum yang Perlu Dihindari
- Memarahi anak di depan umum
- Memberikan gadget sebagai alat tenang utama
- Tidak konsisten antara ayah dan ibu dalam aturan
- Mengabaikan kebutuhan eksplorasi anak
Kapan Harus Konsultasi ke Profesional?
Segera hubungi psikolog anak atau dokter anak jika:
- Anak usia 2 tahun belum mulai bicara
- Anak tidak merespons saat dipanggil namanya
- Perilaku agresif atau menarik diri terus berlanjut
Kesehatan Keluarga yang Holistik
Keluarga yang sehat adalah fondasi utama masyarakat yang kuat. Kesehatan keluarga bukan hanya tentang tidak sakit, tetapi mencakup keseimbangan antara fisik, mental, dan emosional. Dalam dunia yang serba cepat seperti sekarang, menjaga kesehatan keluarga secara holistik menjadi lebih penting dari sebelumnya.
Artikel ini disusun berdasarkan rekomendasi lembaga terpercaya seperti WHO, IDAI, dan Kemenkes RI, serta pengalaman praktisi kesehatan keluarga.
Kesehatan keluarga meliputi fisik, mental, dan emosional. Berikut beberapa pilar penting:
Pola Makan Seimbang untuk Semua Anggota Keluarga
Nutrisi adalah pondasi utama kesehatan tubuh dan otak, terutama bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan.
Komponen Menu Seimbang:
- Sayuran dan buah segar: Sumber vitamin, mineral, dan serat
- Protein: Ikan, telur, tempe, tahu, daging tanpa lemak
- Karbohidrat kompleks: Nasi merah, kentang, roti gandum
- Lemak sehat: Alpukat, minyak zaitun, kacang-kacangan
Hindari:
- Makanan olahan tinggi gula dan garam
- Minuman kemasan berpemanis
- Gorengan berulang kali
Tips Praktis:
- Buat jadwal makan rutin (3x makan utama, 2x camilan sehat)
- Libatkan anak dalam memilih dan menyiapkan menu
Imunisasi dan Pemeriksaan Rutin: Perlindungan Jangka Panjang
Vaksinasi adalah salah satu bentuk perlindungan terbaik terhadap penyakit serius, terutama bagi anak-anak.
Jadwal Imunisasi Dasar (Rekomendasi IDAI):
- 0–1 tahun: BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, Hib, PCV
- 1–5 tahun: Campak, MMR, Varicella, Hepatitis A
Pemeriksaan Tumbuh Kembang:
- Lakukan minimal 1 kali dalam setahun
- Pantau berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan perkembangan perilaku
Tips untuk Orang Tua:
- Simpan buku KIA (Kesehatan Ibu & Anak)
- Konsultasikan bila ada keterlambatan bicara, jalan, atau interaksi sosial
Kesehatan Mental dan Emosional dalam Keluarga
Kesehatan emosional yang baik berperan dalam membentuk keluarga harmonis dan anak-anak yang stabil secara psikologis.
Aktivitas yang Menumbuhkan Kesehatan Mental:
- Waktu berkualitas tanpa gadget: Makan bersama, bermain papan permainan, bercerita
- Mendengarkan dengan empati: Jadilah pendengar, bukan hanya pemberi solusi
- Olahraga ringan bersama: Jalan pagi, bersepeda, yoga keluarga
Tanda Masalah Mental yang Perlu Diwaspadai:
- Anak menarik diri, sering tantrum berlebihan, atau tidak responsif
- Pasangan sering merasa lelah mental, mudah marah, atau depresi ringan
Solusi:
- Jangan ragu konsultasi ke psikolog keluarga atau konselor pernikahan
- Gunakan hotline kesehatan mental dari Kemenkes atau platform tepercaya
Pendidikan Anak di Rumah
Homeschooling kini menjadi alternatif pendidikan yang semakin diminati oleh orang tua di Indonesia. Dengan fleksibilitas waktu, pendekatan personal, dan kontrol penuh atas kurikulum, banyak keluarga merasa homeschooling lebih sesuai dengan kebutuhan anak—baik secara akademis maupun emosional.
Namun, memutuskan untuk mendidik anak di rumah bukan hal sepele. Artikel ini akan membahas apa itu homeschooling, cara memulainya, serta tips praktis dari orang tua yang telah menjalankannya.
Banyak orang tua kini memilih pendekatan homeschooling atau setidaknya mendukung pendidikan anak dari rumah. Apa yang perlu diperhatikan?
- Pahami kurikulum yang digunakan (misalnya Kurikulum Merdeka)
- Buat jadwal harian yang fleksibel tapi konsisten
- Gunakan metode belajar aktif: bermain sambil belajar
Pengalaman Orang Tua: Ibu Rani, homeschooling anak 2 SD & 1 TK selama 3 tahun:
“Kuncinya bukan jadi guru, tapi jadi teman belajar yang suportif.”
Homeschooling kini menjadi alternatif pendidikan yang semakin diminati oleh orang tua di Indonesia. Dengan fleksibilitas waktu, pendekatan personal, dan kontrol penuh atas kurikulum, banyak keluarga merasa homeschooling lebih sesuai dengan kebutuhan anak—baik secara akademis maupun emosional.
Namun, memutuskan untuk mendidik anak di rumah bukan hal sepele. Artikel ini akan membahas apa itu homeschooling, cara memulainya, serta tips praktis dari orang tua yang telah menjalankannya.
Apa Itu Homeschooling?
Homeschooling adalah sistem pendidikan di mana orang tua menjadi fasilitator utama pembelajaran anak, yang dilakukan dari rumah dengan pendekatan yang dapat disesuaikan.
Kelebihan Homeschooling:
- Waktu belajar fleksibel
- Materi disesuaikan dengan minat dan gaya belajar anak
- Anak bisa belajar dengan ritme sendiri (tidak dipaksa)
- Lebih fokus pada karakter, kreativitas, dan kemandirian
Tantangan Homeschooling:
- Membutuhkan komitmen dan waktu orang tua
- Anak harus tetap bersosialisasi secara terarah
- Orang tua perlu menguasai atau memahami dasar-dasar kurikulum
Kurikulum Homeschooling yang Bisa Digunakan
Tidak ada satu kurikulum resmi untuk homeschooling di Indonesia, tapi ada beberapa pilihan populer:
Kurikulum Merdeka (Kemendikbud)
- Fleksibel dan berbasis kompetensi
- Fokus pada proyek dan eksplorasi minat anak
- Bisa diakses melalui Platform Merdeka Mengajar
Kurikulum Internasional (misal: Cambridge, Montessori)
- Cocok untuk anak yang ingin studi ke luar negeri
- Umumnya menggunakan Bahasa Inggris
- Lebih terstruktur dan akademik
Kurikulum Kustom
- Kombinasi dari berbagai pendekatan
- Fokus pada nilai-nilai keluarga, spiritualitas, dan minat anak
Membuat Jadwal Harian yang Efektif dan Konsisten
Homeschooling bukan berarti belajar semaunya. Anak tetap membutuhkan struktur agar lebih fokus dan terlatih dalam manajemen waktu.
Contoh Jadwal Harian Anak SD:
Waktu | Kegiatan |
08.00–09.00 | Literasi (membaca/menulis) |
09.00–10.00 | Matematika atau logika |
10.00–10.30 | Snack time & istirahat |
10.30–11.30 | Proyek tematik / sains |
11.30–12.00 | Refleksi + diskusi ringan |
13.00–14.00 | Kegiatan bebas (melukis, coding) |
Tips:
- Libatkan anak dalam menyusun jadwal
- Gunakan papan jadwal visual di rumah
- Jangan lupakan waktu bermain dan eksplorasi
Metode Belajar Aktif: Bermain Sambil Belajar
Salah satu keunggulan homeschooling adalah fleksibilitas metode belajar. Metode aktif memungkinkan anak untuk memahami konsep melalui pengalaman langsung, bukan sekadar hafalan.
Metode Populer:
- Project-based learning: Belajar melalui proyek (misal membuat mini taman, vlog sains)
- Experiential learning: Belajar dari kegiatan harian (memasak = belajar takaran, matematika)
- Unit studies: Menggabungkan berbagai mata pelajaran dalam satu tema besar
Testimoni Nyata:
“Kuncinya bukan jadi guru, tapi jadi teman belajar yang suportif.” – Ibu Rani, homeschooling 3 anak selama 3 tahun.
Sosialisasi: Apakah Anak Homeschooling Jadi Antisosial?
Ini adalah mitos umum. Faktanya, anak homeschooling tetap bisa bersosialisasi melalui:
- Komunitas homeschooling lokal
- Ekstrakurikuler seperti klub menggambar, bela diri, coding
- Kegiatan sosial keluarga atau komunitas
Tips: Pastikan anak memiliki waktu interaksi dengan teman sebaya minimal seminggu sekali.
Legalitas Homeschooling di Indonesia
Homeschooling diakui secara legal oleh pemerintah Indonesia, berdasarkan:
- Permendikbud No. 129 Tahun 2014
- Anak homeschooling bisa ikut Ujian Kesetaraan (Paket A, B, C)
- Daftarkan anak ke PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) untuk dokumentasi dan akses ujian.
Membangun Hubungan Harmonis dalam Keluarga
Harmoni keluarga bukan soal bebas konflik, tapi kemampuan menyelesaikan konflik dengan sehat.
Cara Meningkatkan Kualitas Hubungan:
- Terapkan komunikasi 2 arah
- Luangkan waktu bersama tanpa gadget
- Buat tradisi keluarga kecil (misal: movie night tiap Jumat)
Resolusi Konflik:
- Fokus pada masalah, bukan pada kesalahan pribadi
- Gunakan kata-kata positif dan mendengarkan secara aktif
Keluarga yang harmonis bukanlah keluarga yang tidak pernah mengalami konflik, melainkan keluarga yang mampu menyelesaikannya dengan cara yang sehat dan penuh empati. Di era serba cepat dan digital saat ini, menjaga keharmonisan dalam rumah tangga menjadi tantangan tersendiri.
Dalam artikel ini, kami membagikan strategi praktis dan ilmiah untuk membina hubungan keluarga yang kuat, penuh kepercayaan, dan tetap dekat secara emosional—berdasarkan prinsip psikologi keluarga dan pengalaman nyata.
Harmoni Keluarga Dimulai dari Komunikasi yang Sehat
Komunikasi adalah pondasi utama hubungan antar anggota keluarga. Tanpa komunikasi yang terbuka dan jujur, akan sulit membangun kepercayaan dan kedekatan emosional.
Tips Komunikasi Efektif:
- Gunakan komunikasi dua arah: dengarkan tanpa menyela, tanggapi dengan empati
- Hindari menggunakan nada tinggi atau sindiran
- Sediakan waktu khusus untuk berbicara secara tenang, tanpa gangguan (misalnya, saat makan malam bersama)
Contoh kalimat empatik:
“Ayah mau dengar pendapatmu, Nak. Menurut kamu, bagaimana cara kita menyelesaikan ini bersama?”
Luangkan Waktu Berkualitas Tanpa Gadget
Waktu berkualitas tidak harus mahal atau mewah. Yang penting adalah kehadiran penuh perhatian. Tanpa disadari, terlalu banyak waktu menatap layar dapat mengikis kedekatan keluarga.
Ide Aktivitas Tanpa Gadget:
- Masak bersama resep sederhana
- Movie night mingguan
- Piknik di halaman atau taman
- Membuat kerajinan tangan atau puzzle keluarga
Kunci: Matikan notifikasi dan letakkan gadget di luar jangkauan saat sedang beraktivitas bersama.
Bangun Tradisi Kecil Keluarga
Tradisi adalah cara ampuh membentuk ikatan emosional yang kuat antaranggota keluarga. Anak-anak cenderung mengingat dan menghargai momen-momen sederhana yang dilakukan secara konsisten.
Contoh Tradisi Sederhana:
- Sarapan bersama setiap hari Minggu
- Membuat “Jurnal Syukur Keluarga” setiap malam
- Jumat malam = malam cerita atau main game papan
- Ucapan “terima kasih” dan “maaf” sebagai budaya rumah
Tradisi memberi rasa identitas dan kebersamaan dalam keluarga, terutama di tengah kesibukan masing-masing.
Resolusi Konflik: Fokus pada Masalah, Bukan Menyalahkan
Konflik adalah hal yang normal dalam keluarga. Yang membedakan keluarga sehat adalah cara menyelesaikannya.
Langkah Menyelesaikan Konflik Secara Positif:
- Pisahkan emosi dari fakta: Ambil jeda jika perlu, lalu diskusikan secara tenang
- Gunakan kata “aku” daripada “kamu”
- Contoh: “Aku merasa sedih saat tidak diajak bicara, bukan ‘Kamu selalu diam saja’”
Hindari menyimpan dendam—selesaikan masalah sebelum tidur bila memungkinkan
Menurut Psikolog Keluarga: Konflik yang dibiarkan berlarut-larut bisa berubah menjadi luka psikologis yang dalam bagi anak-anak.
Libatkan Semua Anggota Keluarga dalam Keputusan
Membangun rasa tanggung jawab dan keterlibatan penting untuk memperkuat hubungan keluarga.
Cara Melibatkan Anak dan Pasangan:
- Diskusikan rencana liburan, menu makanan, hingga jadwal kegiatan bersama
- Beri anak ruang untuk mengemukakan pendapat
- Buat “rapat keluarga” mingguan untuk mendengarkan aspirasi dan keluhan
- Hal ini menumbuhkan rasa dihargai dan membuat setiap anggota merasa memiliki peran dalam keluarga.
Rekomendasi Produk & Sumber Parenting
Dalam perjalanan menjadi orang tua, menemukan produk dan sumber yang tepat, terpercaya, dan teruji bisa membuat perbedaan besar. Dari buku yang memberi pencerahan, mainan edukatif yang merangsang perkembangan, hingga platform digital yang membantu monitoring tumbuh kembang anak — semua ini bisa menjadi alat bantu penting dalam parenting modern.
Artikel ini menyajikan rekomendasi produk parenting yang telah banyak digunakan dan disarankan oleh para pakar psikologi anak serta orang tua berpengalaman.
Buku Parenting Terbaik yang Wajib Dibaca
Buku parenting memberikan dasar pemahaman yang kuat tentang cara mendidik anak dengan cinta, empati, dan strategi yang realistis.
Rekomendasi Buku Parenting:
- How to Talk So Kids Will Listen & Listen So Kids Will Talk – Adele Faber & Elaine Mazlish
- Panduan komunikasi empatik yang sangat praktis
- Teknik berbicara yang bisa diterapkan langsung ke anak usia 2+ tahun
- Cocok untuk orang tua yang ingin memperbaiki hubungan dengan anak
- Parenting with Love and Logic – Charles Fay & Foster Cline
- Mengajarkan disiplin tanpa kekerasan
- Fokus pada tanggung jawab dan pilihan
- Cocok untuk anak usia sekolah dan remaja
- The Whole-Brain Child – Daniel J. Siegel & Tina Payne Bryson
- Menjelaskan cara kerja otak anak dengan bahasa sederhana
- Menawarkan pendekatan ilmiah untuk mengatasi tantrum dan perilaku sulit
- Cocok untuk anak usia dini hingga 12 tahun
Tips: Baca satu buku per bulan dan diskusikan dengan pasangan agar pemahaman parenting seragam.
Mainan Edukatif untuk Anak Usia 0–7 Tahun
Mainan bukan sekadar hiburan. Mainan yang tepat dapat menjadi sarana stimulasi motorik, sensorik, dan kognitif anak.
Rekomendasi Mainan Edukatif:
- Balok Kayu Bangun – Melatih motorik halus dan imajinasi
- Puzzle Kayu Alfabet atau Bentuk – Mengasah logika dan konsentrasi
- Sensory Toys (textured balls, squishy toys) – Ideal untuk usia 1–3 tahun
- Busy Board – Alat edukatif interaktif yang mengajarkan konsep buka-tutup, mengancing, dll
Rekomendasi Toko Online:
- Tokopedia – Mainan Edukatif Anak
- Shopee – Mainan Montessori Terbaik
- BukaLapak – Puzzle Anak Edukasi
Tips Belanja Aman: Pilih produk berlabel non-toxic, SNI, dan pastikan sesuai dengan usia anak.
Aplikasi dan Platform Edukasi Parenting Digital
Di era digital, banyak aplikasi dan platform yang dirancang untuk membantu orang tua memantau tumbuh kembang anak atau belajar teknik parenting.
Rekomendasi Aplikasi Parenting:
- Parentalk (Indonesia)
- Artikel parenting, webinar, dan komunitas online
- Cocok untuk orang tua baru hingga anak usia sekolah
- Tersedia di Android dan iOS
- PrimaKu – IDAI
- Buatan Ikatan Dokter Anak Indonesia
- Fitur: jadwal imunisasi, grafik tumbuh kembang, dan konsultasi
- Akurat dan sesuai panduan medis resmi
- Kinedu (Internasional)
- Video aktivitas harian sesuai usia anak
- Tracking perkembangan kognitif dan motorik
- Cocok untuk usia 0–4 tahun
Platform Kursus Parenting Online
Bagi orang tua yang ingin memperdalam ilmu pengasihan, kursus daring bisa menjadi investasi terbaik.
Platform Kursus Direkomendasikan:
- SekolahPintar.com – Kursus parenting berbasis psikologi dan komunikasi keluarga
- SkillAcademy x Ruangguru – Materi parenting dari pakar + sertifikat
- Udemy – Kursus internasional (bahasa Inggris) tentang parenting modern, Montessori, dan positive disciplin